Renungan Minggu Paskah III

Minggu III Paskah
Yoh. 21:1-19.

“Mereka tahu, bahwa Ia adalah Tuhan” – Yoh 21,12
“Ikutlah Aku” – Yoh 21, 19

Bacaan Injil hari ini mengantar kita pada beberapa permenungan yang menarik.
Pertama, berdasarkan pengalaman para murid yang disajikan dalam Injil selama Oktaf Paskah, kita tahu betapa tidak mudahnya mengenali Tuhan yang bangkit. Yesus yang bangkit menampakkan Diri tiga kali kepada para murid, baik secara perorangan maupun secara bersama-sama. Namun bahkan dalam penampakan-Nya yang ketiga , para murid tidak langsung mengenal-Nya (ay.4). Mereka, untuk dapat melihat bahwa “itu Tuhan”, membutuhkan proses. Proses yang justru berawal dari pihak Tuhan sendiri: entah dengan menyebut nama (Yoh 20,16), memecah-mecahkan roti (Luk 24,30-31), membuka pikiran mereka (Luk 24,45), atau membuat mukjizat (Yoh 21,6-7).
Sebenarnya, dengan janji yang telah disampaikan-Nya bahwa Ia menyertai kita senantiasa sampai akhir zaman (Mat 28,20), kita tidak perlu merasa ragu akan kehadiran Tuhan yang selalu hadir dan menyertai kita. Dia sendiri telah mengatakannya.

Kedua, panggilan Yesus kepada Petrus, ” Ikutlah Aku”, menjadi semacam nubuat mengenai kematian Petrus. Namun yang paling indah dalam ajakan Yesus ini adalah bahwa biarpun dia sudah diangkat menjadi pemelihara dan gembala kawanan domba, Petrus tidak pernah boleh lupa yang satu ini: dia dipanggil untuk mengikuti Yesus, bukan menuruti kepintarannya, rencana dan kepentingannya sendiri. Dengan demikian ia tak akan pernah terjerumus ke dalam dosa yang sangat menggoda para gembala, yaitu menelantarkan domba-domba Yesus.
Kitapun masing-masing yang telah dibabtis memiliki martabat imam, raja dan nabi. Martabat itu membawa kita pada tugas dan panggilan untuk mengusahakan kekudusan, memimpin kepada kebaikan dan menyampaikan kebenaran. Dengan demikian panggilan “Ikutlah Aku”, bukan hanya ditujukan kepada Petrus namun juga kepada kita masing-masing.

Saudara-saudariku, dengan demikian dari permenungan bacaan Injil ini kita diingatkan bahwa kita membutuhkan rahmat untuk 2 hal ini:
pertama, untuk mampu mengenali, menyadari dan mengalami kehadiran-Nya itu sehingga dapat berkata seperti Yohanes: “Itu Tuhan” (ay.7);
dan kedua untuk setia menjadi pengikut Yesus Kristus yang bangkit sekaligus saksi kehadiran-Nya, yakni untuk menjadikan kehadiran-Nya yang mengasihi, mengampuni dan menjadi penolong semakin nyata dan dialami oleh banyak orang teristimewa orang-orang terdekat kita.

Tuhan Yesus memberkati
Bunda Maria merestui

 

RP. Agustinus Anton Widarto, OFM

Berita dan Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

3 × three =