Renungan Hari Minggu Adven I

Hari ini kita memasuki masa Adven I. Dengan memasuki masa adven maka kita memulai penanggalan liturgi yang baru. Masa adven berarti kita menantikan Kristus yang akan hadir di dunia. Dan dalam rangka menyambut kehadiran Kristus, maka dari pihak manusia dibutuhkan kesiapan-sediaan. Kesiapsediaan itu, sebagaimana dikatakan oleh Rasul Paulus yakni ketika kita meninggalkan perbuatan-perbuatan kegelapan, sebaliknya kita diajak untuk berbicara sopan, tidak hidup dalam pesta pora, tidak hidup di dalam percabulan, hawa nafsu, dan iri hati.

 “Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang”.

Kita semua memiliki pengalaman dan cara ketika menerima atau kedatangan tamu. Ketika yang datang itu adalah sahabat kita sendiri, maka kita dengan mudah menyiapkan segala sesuatu karena sudah saling mengenal dan mengetahui sifat, karakter dan juga makanan kesukaan. Dan cara penyambutan kita pun berbeda, biasanya kita dengan mudah menerima dan mempersilahkan langsung masuk ke ruangan. Sebaliknya jika yang datang bertamu adalah orang baru atau seorang pejabat maka cara kita menyambutnya pun berbeda.

Para saudara-saudari yang terkasih, masa adven adalah masa penantian. Kita menantikan Yesus Kristus yang akan turun ke dunia. Ia datang ke dunia. Ia tinggal di antara kita. Ia tinggal di dalam keluarga kita. Ia akan tinggal di dalam hati kita. Karena kita menantikan, maka sikap yang mesti kita tunjukkan yakni berjaga-jaga seperti kita berjaga-jaga atau menyiapkan segala sesuatu ketika kita menerima tamu. Hanya saja kedatangan Yesus jelas berbeda dari seorang sahabat yang hendak bertamu ke rumah kita. Biasanya sahabat kita memberikan kabar dahulu ketika mau bertamu ke rumah kita. Namun Yesus tidak menelepon atau mengirimkan pesan kepada kita. Ia datang dengan cara-Nya sendiri, dan waktunya pun kita tidak ketahui.

Dan karena kita tidak tahu, maka berjaga-jaga adalah cara yang paling ampuh agar kita dapat menerima Yesus. Jika kita menyiapkan menu makanan yang special kepada sahabat kita yang akan bertamu dan menyuguhkan minuman yang segar-segar; maka kepada Tuhan yang akan datang juga mesti kita berikan yang terbaik. Lalu apa yang bisa kita siapkan dan berikan kepada Yesus? Rasul Paulus memberikan contoh yang sangat-sangat kongkret yakni agar kita tidak lagi hidup di dalam kuasa kegelapan. Dan apa kuasa kegelapan itu yakni: hidup dalam pesta pora, iri hati, percabulan, egois, ingin menang sendiri, hawa nafsu. Sebaliknya Paulus mengajarkan kita agar berbicara sopan. Berbicara sopan dalam arti kita mengatakan sebenarnya; kita berkata jujur; kata-kata yang keluar dari mulut kita adalah kata-kata yang membangun persaudaraan, dan bukan perkataan yang membawa perselisihan.

Bapa ibu saudara-saudari yang terkasih, marilah lah kita menjadi manusia terang bukan manusia kegelapan. Dan apabila dalam pengalaman dan perjalanan hidup kita, masih ada atau sering kita melakukan contoh-contoh kuasa kegelapan, mari kita tinggalkan itu dan kita hidup menjadi manusia terang, manusia fajar melalui kata-kata kita yang sopan. Dengan demikian, Kristus yang akan datang ke dunia juga benar-benar datang dan bettah tinggal di dalam keluarga kita, komunitas kita, terkhusus di hati kita masing-masing.

RP. Santono Situmorang, OFM

Berita dan Artikel Lainnya

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

19 − seventeen =